Begini Cara Kendalikan Hama Kumbang Tanduk di Kebun Sawit

Perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Tunggal Perkasa Plantation (PT TPP) kebun Airmolek melakukan pengendalian hama kumbang tanduk sejak masa tanam. Kumbang tanduk secara fisik memiliki panjang 3,5 cm sampai dengan 11,5 cm. Sedangkan untuk masa hidup bisa mencapai 8 bulan untuk kumbang tanduk jantan dan 2 tahun untuk kumbang tanduk betina.

Tim laboratorium Agensia Hayati kebun PT TPP melakukan penelitian secara kontinyu terhadap perkembangan kumbang tanduk. Penelitian itu dijadikan acuan dalam pembasmian dan menekan pertumbahan hama kumbang tanduk. Sebab jika perkembangan hama kumbang tanduk tidak ditekan, maka akan berdampak pada hasil produksi Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit.

Ada dua cara pengendalian hama kumbang tanduk yang dilakukan oleh tim Agensia Hayati PT TPP. Yang pertama kumbang tanduk ditangkap secara manual dengan memasang Perotrep (jaring). Dan yang kedua adalah dengan membunuh larva kumbang tanduk dengan metode Metarhizium anisopiep atau dengan cara memanfaatkan musuh alami dari kumbang tanduk tersebut.

Menurut kepala bagian kebun dan pengendalian hama PT TPP, Martuah Nasutian, kalau saat ini ada 23 orang tim dokter pengendalian hama dari laboratorium Agensia Hayati. Mereka melakukan penelitian di lapangan soal hama yang mempengaruhi produksi perkebunan kelapa sawit. Selain hama tikus, ada hama kumbang tanduk dan ulat api.

“Untuk menekan pertumbuhan kumbang tanduk, di areal lahan kebun PT TPP secara manuall dipasang Perotrep, kemudian cara kedua dengan menghadirkan musuh alami kumbang tanduk yang dinilai berhasil. Sebab, dari 200 telur dan larva setiap kali kumbang tanduk akan berkembang-biak, maka akan mati secara otomatis,” ujar Martuah Nasutian.

Metode Metarhizium anisopiep atau dikenal mengendalikan larva ulat dari kumbang tanduk, spora atau jamur musuh alami dari kumbang tanduk diciptakan dalam jumlah banyak. Kemudian spora itu ditebarkan di lokasi-lokasi tempat kumbang tanduk berkembang biak. “Seekor kumbang tanduk betina, akan menghasilkan telur 200 butir, di lokasi telur kumbang tanduk itu ditebarkan spora musuh alami yang sudah diciptakan,” kata Martuah.

Menurut Martuah, kumbang tanduk suka bersarang dan menelurkan larva di lokasi kayu lapuk atau di lokasi pohon kelapa sawit yang tumbang. Antisipasi agar tidak menjadi  sarang kumbang tanduk pada pohon kelapa sawit yang ditumbangkan, maka setiap pohon akan dilakukan metode chipping atau dicacah. Setiap pohon yang tidak produktif lagi, ditebang dan dipotong tipis-tipis dengan ukuran tertentu minimal 10 cm.

Penumbangan pohon kelapa sawit metode cipping, sangat mempengaruhi perkembangan kumbang tanduk di areal lahan replanting (tanam ulang). Pohon yang sudah dicacah kemudian dikuburkan kembali ke dalam tanah untuk dijadikan pupuk alami.

“Di lokasi hasil penelitian tim agensia hayati, yang ditemukan larva atau tempat bakal bertelurnya kumbang tanduk ditebarkan spora musuh alami kumbang tanduk,” ujarnya.

Cara menciptakan musuh alami kumbang tanduk, kata Martuah, spora yang didapat dicampurkan dengan 25 gram jagung. Setelah spora yang dicampur jagung berumur 14 hari, dicampurkan kembali dengan tanah atau bahan lain untuk ditaburkan di lokasi larva kumbang tanduk.

“Lokasi lahan yang ditaburi spora itu dirawat kemudian. Larva kumbang tanduk yang sudah mati, itu dipanen dan diciptakan kembali untuk menjadi spora baru sebagai musuh utama hama kumbang tanduk,” jelasnya. pen

Share