Menteri Luhut : China Butuh Sawit, Dan Kita Punya Itu

China butuh bahan untuk biodiesel, dan Indonesia punya sawit yang melimpah. Untuk itu, jika kesepakatan sudah diteken, maka Indonesia siap memenuhi kebutuhan biodiesel China yang ditaksir mencapai 9 juta ton per tahun.

Ini dikatakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, saat melakukan kunjungan ke  Beijing dari tanggal 15 hingga 17 Juni 2017.

Dalam kunjungan ini Luhut didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bambang Brodjonegoro, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong.

Selain itu, dalam kunjungan ini juga ikut serta sejumlah pengusaha dari Indonesia, termasuk beberapa direktur BUMN. Rombongan ini bertemu dengan beberapa pejabat setingkat menteri dan para pengusaha di China.

China sekarang baru menggunakan biodiesel tidak lebih dari satu juta ton. Kebutuhan ini  dipasok  Malaysia. Sedang kelapa sawit dari Indonesia yang masuk ke China masih belum signifikan.

“Untuk itu kalau biodiesel bisa masuk ke sini (China), petani kelapa sawit kita pun bisa menikmati hasil panennya. China butuh itu, dan kami punya,” kata Luhut.

Seperti sudah diketahui, China sudah meratifikasi Kesepakatan Paris tentang perubahan iklim. Sisi lain, China dan Amerika Serikat tercatat menghasilkan 45% emisi global. Untuk itu, dua negara itu membutuhkan pengurangan emisi karbon 60-65% per unit GDP hingga 2030.

Langkah untuk merealisasi pengurangan emisi karbon itu, maka China harus memanfaatkan energi berbasis non-fosil sekitar 20% dari keseluruhan konsumsi energinya. Dalam upaya pemanfaatan energi non-fosil itulah, China memproyeksikan 5% menggunakan bahan bakar biodiesel.

Melihat peluang itu, Indonesia mengajukan beberapa tawaran. Perusahaan di Indonesia membangun pabrik pengolahan dan mengekspor kelapa sawit ke China. Atau minyak kelapa sawit itu diolah di beberapa pabrik pengolahan minyak kelapa sawit menjadi biodiesel di China.

Untuk merealisasi itu, bisa perusahaan China melakukan investasi di pabrik pengolahan minyak kelapa sawit di Indonesia. Mereka mengolahnya menjadi biodiesel, yang kemudian diekspor ke China.

Namun Kemenko Kemaritiman juga menawarkan alternatif lain, yaitu mendirikan proyek bersama sejumlah perusahaan dari berbagai bidang industri untuk meningkatkan penggunaan biodiesel. jss

Share