Sengatan lebah menerbitkan rasa sakit, gata-gatal dan lebam. Tapi kalau tahu khasiatnya, derita sebentar itu akan membuat keranjingan. Sengatan itu ternyata ampuh untuk mengobati penderita reumatik, asma, dan darah tinggi.
Terapi sengat lebah bukan baru. Ini pernah menjadi tren, ketika pakar pengobatan alternatif Prof HM Hembing Wijayakusuma mempraktekkan puluhan tahun silam. Kini, pengobatan unik ini semakin meluas. Pakar-pakar baru bermunculan. Dan di berbagai daerah mulai terlihat pengobatan alternatif ini.
Pengobatan sengat lebah ini sekarang berdampingan dengan ‘akupunktur’. Juga ada ‘akupressure’, pengobatan syaraf dengan ujung jari. Nah untuk sengat lebah ini diistilahkan dengan ‘apipunktur’.
‘Apipunktur’ berasal dari api (lebah), diambil dari nama latin lebah pekerja Apis mellifera. Dan punktur , tusukan yang diadopsi dari metode pengobatan bangsa Cina. Jadi apipunktur adalah terapi lebah dengan ilmu akupunktur yang menekankan pada pemahaman titik-titik syaraf di sekujur tubuh.
Mengawinkan keduanya berarti harusi paham tentang ‘dosis’ pengobatan serta kesiapan fisik pasien terhadap efek sengatan. Ini memang rumit. Tapi tidak menjadi soal jika memberi manfaat besar.
Di beberapa negara, terapi ini dikenal dengan nama Bee Venom Therapy (BVT) atau terapi sengat lebah. Terapi ini dikenal luas, khususnya di Cina, Korea, Rumania,Bulgaria dan Rusia. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui apipunktur ini sebagai alternatif pengobatan.
Pengobatan apipunktur telah lama dipraktekkan Cina. Filosofinya yang terkenal berbunyi : Yi Du-Gong Du (racun melawan racun). Menyorot keampuhan racun lebah dalam merangsang terbentuknya hormon-hormon tertentu yang diketahui mampu mengalahkan beberapa penyakit. Semakin banyak racun yang diinjeksikan ke dalam tubuh, semakin tinggi rangsangan untuk membentuk hormon penghalau penyakit. iz/jss