Ajaran Somo Bawuk (5) : Nasib Sial Dituduh Dalang Perkosaan

Humaniora0 Views

Mbah Sumo telah tiada. Jasadnya sudah menyatu dengan bumi. Namun aib itu telah mencoreng nama keluarga dan masyarakatnya. Inilah penelusuran yang dilakukan Tabloid Posmo setelah sang tokoh meninggal dunia.

Rumah berdinding gedhek (bambu) di Desa Bedug, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri  itu sekarang hanya dihuni oleh beberapa gadis. Itu merupakan cucu keponakan Mbah Sumo. Mereka tidak tahu tentang Sumo Salidi. Juga ajaran yang dipercaya diamalkan sang kakek. Mereka hanya dengar-dengar, Sumo Salidi itu masih terbilang kakek.

Sikap apatis juga ditunjukkan warga setempat. “Mbah Sumo itu dulu jahat. Buktinya dia ditangkap polisi dan dihukum. Semua orang di desa ini tidak suka padanya. Kami pun sekarang juga tak suka dengan gadis-gadis keponakannya. Paling-paling, tingkah lakunya juga seperti wanita nakal,”ujar seorang ibu rumah tangga, warga setempat yang tak mau disebutkan namanya.

Memang, di kalangan masyarakat setempat Mbah Sumo Salidi dan keluarganya sudah ‘dicap’ sebagai ‘orang sesat’. Bagaimana tidak. Ketika Kasus Sumo Bawuk mencuat tahun 1984, disebut-sebut Sumo Salidi-lah tokoh sentral sekaligus pemicu dan penyebab  merajalelanya kasus perkosaan di Jawa Timur. Tidak hanya itu. Dia diadili dan dihukum selama 3 tahun. Karena itu, tak aneh jika akhirnya warga setempat sangat membenci.

Berbeda dengan keterangan tetangga dekat Sumo Salidi yang juga tokoh masyarakat setempat, KH Mochtar. “Sumo Salidi itu orang yang apes. Bagaimana tidak apes, tiba-tiba banyak pemerkosa di Jawa Timur yang mengaku sebagai muridnya. Padahal kalau dipertemukan belum tentu kenal dengan Mbah Sumo itu,”kata pengasuh Pondok Pesantren Al-Basar, Desa Bedug, Kecamatan Ngadiluwih itu.

Menurutnya, setelah banyak pemerkosa yang tertangkap mengaku sebagai muridnya, Sumo Salidi pun ditangkap dan diinterogasi polisi. Ketika itu sebenarnya hanya ada dua orang pemerkosa yang diakui Sumo Salidi sebagai muridnya. “Namun karena Sumo Salidi ini dianggap bersalah, akhirnya harus menjalani hukuman,”ujarnya.

Sebelumnya, Sumo Salidi ini lebih dikenal sebagai seorang mantan residivis keluaran LP Pulau Nusakambangan, Cilacap. Kisahnya, sekitar tahun 1940-an ketika masih duduk di kelas dua Sekolah Rakyat, Sumo Salidi terlibat pencurian dan dibuang ke Nusakambangan. (bersambung/posmo/Djoko Su’ud Sukahar)