Zaman makin maju, makin banyak pula orang yang mengambil jalan sesat. Itu terjadi di Jepang, tepatnya di Kota Osaka.
Saat itu polisi menemukan lima orang tewas. Mereka satu keluarga, yang diketahui memang mengamalkan ajaran yang menurut penduduk setempat sebagai ajaran aneh. Melakukan ritual puasa sampai mati.
Menurut polisi dan tetangga, kelima korban itu masih satu keluarga. Mereka selama ini mengikuti ajaran sebuah sekte yang menyebut, untuk mencapai kedamaian batin tertinggi, harus mengosongkan perut. Dan, mati karena ritual ini adalah pembebasan.
Polisi menemukan mayat-mayat yang sudah membusuk itu berjejer. Menjelang tengah malam, seorang keluarga korban menelepon ke kantor polisi Osaka memberitahukan kecemasannya. Sebab rumah keluarga Takao Wakasa (66) beberapa hari ini kelihatan angker seperti ”rumah hantu”. Tak ada penerangan. Lagi pula, dari dalam, tercium bau tak sedap.
Polisi segera meluncur ke lokasi. Ketika didobrak, didapati lima mayat itu di ruang tengah. ”Beberapa mayat sudah tak lagi bisa dikenali. Jasad mereka sudah dikerubuti belatung,” kata seorang perwira polisi di Osaka.
Meski demikian, dari tetangga korban, diketahui bahwa seluruh jasad itu adalah anak Akiko Wakasa, saudara perempuan Wakasa. Mereka adalah Suiko Wakasa, 41 tahun; saudara perempuannya, Kaoru, 38 tahun; Eiko, 29 tahun; Hiromi, 28 tahun; dan Noru, anak lelaki Akiko yang berusia 27 tahun.
Karena pada jasad-jasad itu tidak didapati bekas luka pada bagian luar, diyakini para korban benar-benar mati akibat bunuh diri. Berpuasa sampai mati. Analisis ini diperkuat oleh ulah Akiko sebelum polisi mendobrak ”rumah hantu” milik Wakasa ini.
Ketika polisi tiba di lokasi, Wakasa dan Akiko tidak mengizinkan mereka masuk ke rumah. Alasannya, keluarganya sedang menjalankan ritual ibadah. Ketika ditanya polisi macam apakah ritual itu, Keiko menyebut ”melaksanakan ajaran Buddha”.
Setelah mendapati mayat-mayat itu, polisi menanyai Keiko, sudah berapa lama keluarganya itu berpuasa. Ternyata, kata Keiko, mereka melakukan ritual itu sejak pertengahan Juli lalu.
”Takao adalah guru mereka (master). Dialah yang mengajarkan larangan makan dan minum untuk mencapai kemuliaan tertinggi,” kata Keiko di hadapan penyidik.
Karena tindakan ini, demikian Deputi Superintendent Masateru Yamasaki pada Kepolisian Sennan di Osaka, paling tidak Keiko akan didakwa menutup-nutupi tindakan berbahaya yang bisa menghilangkan nyawa orang. ”Saat ini kami tidak bisa memberikan informasi lebih. Wakasa dan Keiko harus opname di rumah sakit karena kondisi mereka sangat lelah,” kata Yamaseki.
Polisi kemudian mengarahkan operasi ke beberapa orang di sekitar, yang diduga juga menjadi pengikut master Wakasa. Tujuan operasi ini memberi tahu mereka bahwa jalan yang ditempuh adalah keliru.
Ditemukannya mayat-mayat itu makin menambah panjang daftar sekte-sekte di Jepang. Beberapa tahun lalu, polisi menangkap seorang pemuda berusia 15 tahun karena menikam tiga tetangganya hingga tewas. Remaja itu melihat, ketiga tetangganya adalah ”monster jahat”.
Bulan sebelumnya, polisi menangkap seorang lelaki yang mengaku sebagai guru dari sekte pencerahan diri ”Life Space”. Dia menyimpan mumi di sebuah kamar hotel di Bandara Narita. Tetapi, lagi-lagi, dia mengklaim mayat itu masih hidup.
Sementara itu, tujuh pengikut sekte Aum Shinri Kyo (Kebenaran Tertinggi) sudah divonis mati akibat meneror massa dengan gas sarin, yang dulu kerap dipakai Nazi-nya Hitler pada Perang Dunia II, di stasiun kereta bawah tanah March tahun 1995. Sedikitnya 12 orang tewas akibat serangan ini dan ratusan lainnya terluka.
Dengan banyaknya sekte yang aneh-aneh ini, maka Pemerintah Jepang selalu mewaspadai tiap ajaran yang terkesan unik-unik. Itu untuk menyelamatkan penduduknya dari kematian sia-sia. jss