Di belahan Indonesia paling barat, tepatnya di sebelah barat Propinsi Sumatera Barat, terdapat empat pulau kecil yang tampak berantai. Itu adalah Pulau Sipora, Siberut, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Disitulah Suku Mentawai berdiam.
Meski dinaungi identitas kesukuan yang sama, kehidupan yang terpisahkan oleh selat ini menjadi beragam pula. Masing-masing membawa keunikannya sendiri.
Namun ciri khas Suku Mentawai yang paling melekat adalah punen (upacara adat) yang dipimpin seorang Kerei atau dukun, tato di sekujur tubuh, dan kedekatannya dengan masepsep, sejenis kera yang hanya ada di Mentawai. Meski dilindungi, hewan ini telah lama menjadi protein hewani yang istimewa bagi mereka.
Tapi dari mana suku ini berasal? Rupanya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Selain itu, masih banyak pula legenda yang beredar seputar asal-usul Suku Mentawai. Legenda yang paling banyak dipercaya adalah kisah tentang dua rombongan penduduk Sumatera Barat yang berpesiar ke Mentawai.
Dalam kisah itu, masing-masing membawa satu perahu besar atau kalabba. Ketika akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah, masing-masing membawa pecahan kerang menjadi dua, yang pecahannya dibawa oleh kedua rombongan. Ini sebagai tanda mereka bersaudara dan berasal dari satu darah.
Beberapa tahun kemudian, salah satu perahu bertemu dengan sebuah perahu yang lain. Mereka menyangka itu musuh. Terjadilah perang. Anehnya, selama seharian bertempur, tak satupun senjata mereka mengenai sasaran sehingga tak satupun dari mereka terluka atau tewas.
Ini di luar kebiasaan. Sebab beberapa di antara mereka adalah jago panah atau tombak. Seperti ada kekuatan halus yang membelokkan senjata mereka. Segera sadarlah mereka, bahwa yang mereka temui adalah saudara mereka yang hilang. Ini terbukti dengan pecahan kerang yang mereka cocokkan.
Menurut legenda, salah satu rombongan berniat pulang dan mengajak rombongan lainnya. Namun rombongan itu enggan dan memutuskan untuk tetap tinggal di keempat pulau berantai tadi. Jadilah, saudara sedarah itu terpisah selamanya. jss