Ritus Pemuja Setan (10) : Jumat Itu Dewi Cinta

Humaniora0 Views

Pada beberapa agama dan kepercayaan, hari Jumat dianggap lebih unggul dibandingkan keenam hari lainnya. Dalam peninggalan sejarah menunjukkan, bahwa kaum primitif memilih hari Jumat untuk melakukan persembahan kepada para dewata. Beberapa agama juga memandang hari Jumat lebih istimewa dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Bahkan dianjurkan untuk memperbanyak doa pada hari ini.

Mitos seputar asal-usul hari Jumat dari kacamata orang Barat lebih banyak diwarnai oleh bangsa Skandinavia. Jumat atau dalam bahasa Inggris adalah Friday, berasal dari kata Frigg atau Frigga, yaitu dewi cinta dalam kepercayaan Skandinavia.

Mereka memberi penghormatan kepada hari yang diambil dari nama Dewi Kecantikan ini. Sayangnya penghormatan ini menjadi agak berlebihan.

Dalam kepercayaan Skandinavia, Dewi Cinta atau Frigga memang dilambangkan dengan ikan. Dan sebagai wujud penghormatannya mereka memakan olahan yang terbuat dari ikan pada hari Jumat.

Ketika agama Kristen mulai menyebar dan mendarah daging di Eropa, hari Jumat tetap lain dari yang lain. Mereka beranggapan pada hari itulah Eva (atau Hawa) menggoda nabi Adam untuk memakan buah terlarang, sehingga mereka berdua diusir dari surga.

Penyaliban Yesus Kristus juga dilakukan pada hari Jumat. Sejak saat itulah hari Jumat menjadi hari yang paling misterius bagi bangsa Barat. Ditakuti namun juga ditunggu-tunggu.

Bagaimana dengan asal-muasal 13 menjadi angka sial? Tak diragukan lagi, angka ini adalah angka yang paling populer seantero jagad. Baik di belahan barat maupun timur cenderung memusuhinya. Entah punya dasar atau tidak, yang jelas ketakutan ini tampak nyata di mana-mana.

Bukan rahasia lagi jika gedung pencakar langit, yang menampakkan ciri hidup modern, sengaja menghilangkan lantai ketiga-belas. Setelah lantai 12 langsung diikuti oleh lantai 14.

Begitu pula dengan nomor rumah, setelah angka 11 diikuti nomor 11A, 11B, dst atau langsung ke nomor 15. Bahkan jika mengadakan perjamuan, bangsa barat selalu menghindari jumlah undangan 13 orang. Mereka dibayangi ketakutan jika 13 orang berkumpul dalam satu meja, maka salah seorang akan menemui ajal sebelum tutup tahun.

Bangsa Skandinavia mempercayai bahwa angka 13 melambangkan kesialan. Ini berasal dari mitos 12 dewa kejahatan yang bersatu. Koalisi ini belum sempurna tanpa kehadiran dewa ketigabelas, Loki.

Dalam formasi 13 dewa inilah kekuatan kejahatan menyebar dan mampu bersarang di hati manusia. Sedangkan para pemuka agama pada era lama membenci angka 13 karena identik dengan kewanitaan.

Angka 13 mengingatkan pada siklus menstruasi wanita dalam hitungan kalendar bulan. Mitos ini diperkuat dengan adanya pemujaan para dewi yang dilakukan pada tanggal tersebut. Sebagaimana bangsa Skandinavia, pemeluk Hindu menganggap berbahaya jika 13 orang berkumpul dalam satu tempat. (dian/jss/bersambung)