Bagi orang yang ngalap berkah di Cepuri Parangkusuma, tak sedikit dari mereka yang secara tiba-tiba melihat lelaki tampan dengan perawakan gagah perkasa. Atau kadang seorang putri yang amat jelita, tiba-tiba ada di hadapannya.
Menurut Suraksa Rejo, kedua orang itu tiada lain adalah Panembahan Senapati dan Kanjeng Ratu Kidul. “Bagi orang yang bisa bertemu dengannya, kemungkinan besar apa yang dicita-citakannya akan berhasil,” imbuhnya.
Pantai Parangkusuma selama ini memang dikenal masyarakat luas sebagai tempat khusus untuk melaksanakan ritual yang bernama labuhan atau larung sesaji. Aktivitas larung sesaji ini memang tak bisa dipisahkan dari keberadaan Cepuri Parangkusuma.
Sebelum mereka melaksanakan labuhan bisa dipastikan akan menjalani laku ritual tertentu terlebih dulu di petilasan Panembahan Senapati ini. Usai ritual itu baru kemudian dilangsungkan ritual larung sesaji.
Ritual labuhan ini jug dilakukan Keraton Kasunanan Surakarta setiap tahunnya di Pantai Parangkusuma ini. Setelah orang-orang keraton itu berada di Pantai Parangtritis, lantas berduyun-duyun menuju Cepuri Parangkusuma untuk menjalani ritual tertentu.
Setelah itu baru melakukan larung sesaji berupa kepala kerbau beserta ubarampe-nya di Pantai Selatan. Demikian pula yang dilakukan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Sayang, di balik keramaian orang-orang yang hendak melakukan tirakat atau ngalap berkah di Cepuri Parangkusuma ini acap terganggu ulah para Wanita Tuna Susila. Menjelang malam hari para wanita penjaja birahi itu sudah stand by di tempat peziarahan ini untuk mencari mangsanya.
“Bagi mereka yang kecantol bujuk rayu WTS itu biasanya lantas kencan di rumah-rumah penginapan yang banyak bertebaran di sekeliling Cepuri Parangkusuma ini,” ujar salah satu warga. jss