Masuk Kampung Naga (1) : Ritual Mandi Bareng di Sungai

Humaniora0 Views

Masuk Kampung Naga (1) : Ritual Mandi Bareng di Sungai

Kampung Naga memang unik. Di kampung ini, selain rumah-rumahnya tidak boleh ditembok, masyarakatnya juga tetap taat pada tradisi. Inilah laporan dari Kampung Naga yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Kampung Naga merupakan sebuah komunitas Sunda asli. Di kampung ini, rumah-rumah kuno berdiri, berjejer memanjang, menyerupai barisan gerbong kereta api. Ornamen bangunannya khas. Mencerminkan budaya yang dilestarikan dari adat budaya leluhurnya.

Untuk memasuki perkampungan ini, orang harus berjalan menyusuri jalanan beton yang melingkar dan berundak-undak. Panoramanya indah. Ditambah tiap rumah terdiri dari bangunan kayu dengan atap serabut ijuk, serta dindingnya terdiri dari anyaman bambu, maka kesan kuno itu gampang menyergap.

Dalam suasana alam yang indah dan klasik itulah kenikmatan, utamanya di saat Bulan Ramadhan terpancar di kampung ini. Dipilih Bulan Suci untuk menuliskan laporan ini agar keunikannya semakin kental. Kendati adat-istiadat kehidupan di kampung Naga berjalan seperti kampung lain, tapi tetap saja ada beberapa hal yang beda dan unik.

Maklum. Di Kampung Naga ini, selain budayanya yang berbeda, terutama dalam soal hak waris yang tidak  memakai hukum paro`id -wanita dan pria dibagi sama rata-, dalam beberapa kebiasaan yang lain juga mempunyai banyak perbedaan.

Bahasa yang dipakai masyarakat Kampung Naga adalah Sunda biasa. Pakaiannya juga tak berbeda. Hanya, untuk sesepuh di daerah ini dijuluki sebagai kuncen. Orang inilah yang memakai pakaian khas, di kepalanya selalu terpasang bendo (ikat kepala terbuat dari kain). Dialah tokoh Kampung Naga.

Dalam menyambut bulan Ramadhan, ada beberapa tradisi yang dilakukan warga Kampung Naga. Sebelum bulan suci itu datang, untuk menyambutnya, seluruh warga diharuskan untuk mengadakan upacara keramasan. Mereka mandi bareng di sungai keramat daerah ini. “Sebelum dilaksanakan upacara itu, kuncen membaca doa dan diteruskan dengan turun ke sungai. Itu dilakukan anak-anak yang menginjak dewasa sampai orang tua,” jelas kuncen. (jss/dh/bersambung)