Burung Surga (35) : Bidadari Malam Temui Patih Toyib

Humaniora0 Views

Pesta tayub sudah bubaran. Ki Toyib yang sudah kembali ke pondokan menyesali tindakannya tadi. Ini pelajaran bagi yang membaca agar selalu berhati-hati dalam bertindak. Jangan sampai sembrono.

Ki Toyib menjadi sedih. Beberapa hari tidak enak makan. Setiap malam, selama beberapa bulan, Ki Toyib berjalan sendirian keliling puri menghilangkan kegelisahan hati. Sang Raja pun tahu tentang ulah Ki Toyib ini.

Suatu hari sang Raja sedang menyepi, bersemadi di sanggar pamujan. Di tengah malam yang sepi dan senyap itu, pada pukul satu malam, tiba-tiba sang Raja mendengar suara seperti seorang wanita. Sang Raja mengabaikan suara itu dan memusatkan diri tafakur hingga pukul tiga dini hari.

Tiga hari berikutnya, sang Raja kembali menyepi dan naik ke sanggar pamujan. Kali ini kembali terdengar suara serupa, mirip suara seorang wanita yang tetap diabaikan oleh sang Raja. Dan pada hari Jumat, sang Raja kembali menyepi mengheningkan cipta, kembali mendengar suara wanita yang lebih arum-manis.

Suara itu lirih, berat dan berwibawa. Gemanya bagaikan berguncang di dalam pura. Kata-katanya bagaikan orang merintih. “Siapa yang bisa mengembalikan kedudukanku jika seluruh kerajaan sepi senyap. Dan siapa yang bisa mengganti aku jika kraton ini aku tinggal, padahal umur seorang raja itu amatlah pendek?”

Mendengar itu Sang Raja terkejut. Ia pun berlari keluar mencari sumber suara itu hingga ke luar benteng puri. Namun makin dikejar, sumber suara itu makin menjauh. Sang Raja terus mengejar, sendirian tanpa pengawal sampai jauh dari pusat kerajaan.

Di tengah malam buta itu tiba-tiba sang Raja ketemu Ki Patih Toyib yang sedang berdiri memegang sebuah pedang. Sang Raja bertanya, siapa dirinya dan mengapa ia berdiri disini sendirian tanpa teman.

Ki Toyib menjawab, bahwa ia berada di tempat itu sudah tiga bulan lebih. Ia menjaga keselamatan sang Raja hingga sang prabu tiba tanpa seorang pengawal pun. Saat itulah Raja menjelaskan, bahwa ia mendengar suara rintih tangis seorang wanita dan mengejarnya.

Sang Raja bertanya, apakah Ki Toyib juga mendengar suara yang sama? Ki Toyib menyatakan, ia memang mendengar suara dari dalam puri, tapi tidak memperhatikan suara apa itu karena ia berkonsentrasi menjaga sang Prabu dari musuh yang bermaksud jahat. Sang Prabu berterima kasih kepada Ki Toyib, dan ia berpesan agar Ki Toyib mencari sumber suara itu.

Setelah beberapa malam berlalu, sumber suara yang dicari itu tidak juga ditemukan. Ki Toyib berkeliling ke seluruh penjuru istana di setiap malam, tapi tetap saja hasilnya nihil. Ki Toyib pun menjadi bingung. Ia khawatir jika nanti ditanya sang Raja tentang sumber suara itu.

Di tengah kebingungan itu tiba-tiba Ki Toyib dihentikan seorang wanita ayu bagai bidadari. Ki Toyib terkejut. Ia tak percaya dengan yang dilihatnya. Ki Toyib bertanya, siapakah gerangan wanita ayu rupawan itu?

Sang Retno menyatakan dirinyalah yang bersuara di dalam puri. Dan dia pulalah sebenarnya penjaga istana, tapi kini sudah tidak kerasan lagi. Ia ingin pergi, meski ia tahu kepergiannya akan membuat rusak kerajaan dan berdampak usia raja menjadi pendek. (jss/bersambung)