Sawitplus.com bekerjasama dengan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Riau membuka layanan konsultasi. Rubrik ini untuk memberi arahan bagi para petani sawit, utamanya petani sawit mandiri, agar tahu apa yang harus dilakukan ketika muncul persoalan di kebun sawitnya.
Rubrik ini dinamai GULAT MANURUNG MENJAWAB ditayang rutin, dan pembaca bebas untuk bertanya seputar problem kelapa sawit. Pertanyaan bisa dikirim langsung ke email sawitplus@gmail.com atau ke apkasindo@yahoo.com .
Untuk awal tayang ini GULAT MANURUNG MENJAWAB sebagai Konsultan Perkebunan Kelapa Sawit menguraikan bagaimana memupuk kelapa sawit yang benar, dan juga soal Track. Ini bukan penyakit, tetapi menyebabkan produktifitas kelapa sawit anjlok dalam tempo cepat.
PERTANYAAN :
(a) Berapa kali sebaiknya memupuk kelapa sawit dalam se tahun dan (b) jenis pupuk apa yang menjadi dominan dibutuhkan untuk tanaman kelapa sawit ?
JAWABAN :
Pemupukan merupakan upaya memberikan unsur hara yang dibutuhkan tanaman ke dalam tanah sehingga terpenuhinya kebutuhan tanaman akan unsur hara esensial khususnya.
Jawaban pertanyaan (a) :
Beberapa jenis pupuk yang banyak dipasarkan seperti Pupuk NPK Majemuk atau Pupuk Tunggal. Dari beberapa kali hasil penelitian diketahui, bahwa tingkat ketersediaan hara dalam tanah setelah hari ‘H’ Aplikasi Pupuk tersebut relatif bertahan hanya 60-80 hari (2-2,5 bulan). Namun beberapa Pupuk Tunggal seperti Urea atau KCl hanya 30 hari bertahan dalam tanah. Kemana pergi pupuknya setelah sekian hari tersebut ?
Diserap tanaman, ada yang tercuci, ada yang terkikis (runoff), infiltrasi (masuk ke pori tanah yang lebih dalam), menguap dan terikat oleh unsur antagonis dalam tanah. Oleh karena itu tingkat efisiensi pemupukan di perkebunan kelapa sawit hanya berkisar antara 40-60%. Artinya, dari misalnya 1 Kg pupuk yang kita berikan ke dalam tanah, hanya 0,4-0,6Kg yang terserap oleh tanaman, sisanya seperti yang saya sebutkan sebelumnya.
Diketahui 1 tahun adalah 12 bulan, jika kita pedomani tingkat ketersediaan pupuk dalam tanah setelah hari “H” dan kemampuan tanaman menyimpan cadangan makanan dalam jaringan tanaman (fotosintat) kelapa sawit rata-rata 1-1,5 bulan (dalam kondisi pertumbuhan normal). Maka rotasi Pemupukan adalah sekali 4 bulan atau tiga kali dalam setahun sehingga tidak ada jeda kekosongan pupuk dalam tanah dan dalam jaringan tanaman selama 12 bulan tersebut.
Namun dengan semakin berkembangnya teknologi Pupuk saat ini, maka pihak pabrikan telah mencampur bahan perekat sehingga pupuk-pupuk yang diproduksi sedikit agak lebih lama terurai (slow release) dalam tanah. Biasanya jenis pupuk slow release ini selalu disebutkan dalam karung packing, namun relatif lebih mahal dari pupuk yang tanpa bahan perekat.
Untuk jenis pupuk yang slow release ini dari beberapa kali uji lapangan diketahui mampu bertahan dalam tanah (tersedia dalam tanah) sampai 90 hari setelah aplikasi, maka rotasi pemupukan dalam setahun dapat dilakukan 2 kali dalam setahun atau 1 kali pemupukan dalam 6 bulan.
Saat ini sudah ada beberapa suplyer pupuk tunggal maupun NPK Majemuk yang menyediakan Paket Pemupukan dengan menyediakan secara gratis analisis daun dan tanah (konsultasi) dan pendampingan aplikasi pupuk. Dari hasil analisis daun dan tanah ini akan keluar paket pemupukan, ini akan jauh lebih efisien Pupuk dan Pemupukan yang akan kita aplikasikan.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, bahwa idealnya memupuk tanaman kelapa sawit jika dengan menggunakan pupuk tanpa bahan perekat disarankan dilakukan pemupukan 3 kali dalam setahun. Dan jika pupuk yang digunakan adalah Pupuk Berbahan Perekat (slow release) dianjurkan pemupukan 2 kali dalam setahun atau 1 kali pemupukan tiap 6 bulan.
Sering kita mendengar istilah track disebut sebagai biang kerok dari menurunnya produksi tanaman kelapa sawit. Sesungguhnya track (siklus) tidak dikenal dalam tanaman kelapa sawit, jika kita menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman selama 12 bulan dalam setahun.
Ketidaktersediaan unsur hara dalam tanah-lah yang mengakibatkan tanaman meresponnya dengan melambatnya laju pertumbuhan yang pada akhirnya akan menurunkan produksi TBS. Dan jika ketiadaan hara tanaman dalam tanah lebih dari 3 bulan pada umur tanaman kelapa sawit di atas 10 tahun, maka dipastikan produksi TBS per satuan hektar hanya 20-30 % dari kondisi yang seharusnya.
Nah bagaimana kalau tanaman sawit tidak pernah dipupuk ? Memang produski TBS per satuan ha/tahun tidaklah akan NOL Kg, tetap akan berproduksi tetapi tidak akan pernah balek modal. Se unggul apapun bibit sawit yang kita gunakan jika tidak mengikuti rekomendasi pemupukan atau bahkan tidak memupuk sama sekali, jangan pernah berharap produksi TBS akan mampu menutupi biaya produksi.
Untuk itu hal yang sangat prinsip dalam Usaha tani Kelapa Sawit adalah Pupuk dan Pemupukan. Jika tidak mampu untuk memupuk jangan coba-coba untuk berkebun kelapa sawit karena akan menjadi sia-sia.
Pertanyaan (b) :
Kebutuhan tiap tanaman akan unsur hara tertentu berbeda-beda. Khusus untuk tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan (umur 4 tahun ke atas), akan membutuhkan Kalium (KCl) 2-4 kali lipat dari unsur hara Makro N (urea) dan P (phospat).
Misalnya Pupuk NPK Majemuk untuk sawit dengan Formulasi 12:6:26 dan akan lebih baik jika ditambah 3-4 unsur hara micro. Bisa saja kita menggunakan pupuk dengan formulasi NPK berimbang seperti misalnya 15:15:15 (N:P:K), tapi konsuekuensinya kita harus menambah unsur hara K melalui penggunaan Pupuk Tunggal KCl, kan ini akan sangat menyedot biaya belanja pupuk dan upah pemupukan.
Untuk itu disarakan jika tanaman kelapa sawit kita sudah berumur di atas 4 tahun, gunakanlah jenis pupuk NPK yang kandungan formulasi unsur haranya dipaketkan khusus untuk tanaman kelapa sawit, dan pupuklah tanaman kelapa sawit minimum 2 kali dalam setahun. Jika ini diikuti, maka produksi TBS akan sesuai dengan rerata produksi normal sesuai dengan umur tanaman.