Burung Surga (59) :Cerita Bayan Buat Zaenab Merindu

Para priyayi yang sedang berkuasa jika ketemu santri yang lupa tidak membuka kudungnya menolak untuk dilayani. Mereka tidak ingat lagi akan datangnya hari akhir nanti akan mendapatkan siksa. Tidak percaya kepada yang gaib seperti tersebut dalam Quran, lalu menjadi kafir seperti babah.

Tuhannya adalah yang terlihat yang dipuja-puji seperti kebiasaan Orang Jawa dan Budha. Ilmu Quran digunakan tetapi danyang dan peri dipelihara. Beriman kepada naga dina. Perhitungan berdasar baik-buruk hari.

Bayan lalu meminta nyonya Zaenab segera berangkat menemui tuan Abdurrahman. Namun ketika sampai di halaman Zaenab melihat banyak orang sudah berkeliaran di jalanan. Dia berbalik masuk rumah menjatuhkan diri di dalam kamar.

Hingga waktu Asar nyonya Zaenab seperti biasanya sudah mandi. Berdandan rapi seperti rokok Kediri. Pakaian dan rambutnya klimis halus sehingga jika ada lalat yang hinggap bisa kepleset.

Sang ayu Zaenab menghampiri Bayan untuk minta pendapat. Dia harus menemui pangeran muda bagus rupa. Bayan tersenyum. Bayan mengira nyonyanya masih belum puas karena tuan direktur jenderal dari kantor besar.

Namun nyonyanya menjelaskan, bahwa dirinya sebenarnya belum pernah bertemu karena selalu kesiangan. Ia pun menjadi semakin bingung dan rindunya menjadi semakin menggebu.

Bayan menganjurkan agar sebelum bertemu karena tuan bagus pangkat tinggi hendaknya dipikirkan masak-masak bagaimana bisa menarik hatinya. Karena itu Bayan menyatakan punya strategi. Tapi ia baru mau memberikan pada nyonyanya jika dibayar, dibayar nanti juga bisa.

Bayan menjelaskan, bahwa seorang wanita itu perilakunya harus selalu tampil sumeh. Banyak senyum sumarah dan bijaksana. Nafkah banyak akan diberikan dengan senang jika sang suami wong agung hatinya senang dan akalnya jernih.

Mendengar kiat sekelas itu Sang Ayu Zaenab tertarik. Dia minta Bayan untuk lagi-lagi menjelaskan kisahnya. Ia ingin mengetahui lebih jelas dan tuntas perilaku dan nasib sang wanita yang sursilih budi itu. Bayan menyanggupi dengan syarat kalau nanti kesiangan lagi jangan menyalahkan dirinya. Bayan pun memulai kisahnya kembali.

Dahulu di suatu negeri ada seorang juragan kaya, Raden Subarjo, mempunyai isteri cantik dan ayu rupa. Namanya Dewi Siti Sudarni yang sangat berbakti pada sang suami, setiti dan berhati-hati dalam segala tingkah lakunya. Sang juragan selalu menjaga isterinya yang tidak boleh jauh darinya. Namun sang juragan buto-arepan.(jss/bersambung)

Share