Burung Surga (65) : Cintai Ni Sudarni, Raja Diangkat Sebagai Anak

Humaniora0 Views

Ni Sudarni tidak minta harta benda karena tiada lebih berharga selain cinta. Ia hanya minta kesediaan tamunya untuk mau diangkat sebagai anak disaksikan pejabat lurah, polisi dan naib.

Dengan ikrar sendiri sebagai anak semua keinginan bisa keturutan tanpa basa-basi toh di rumah sendiri. Kepada para pejabat dan tamunya nanti dikatakan bahwa selama ini anaknya sedang talabul ilmi (menuntut ilmu) di pondok dan orang pun bisa mengerti. Prabu penyamar tampak setuju usul permintaan Ni Sudarni itu.

Ni Sudarni minta supaya tamunya menunggu sebentar. Ia akan memasak makanan terlebih dahulu. Seekor kambing disembelih, diolah dengan berbagai menu. Tetangga kiri kanan diundang untuk membantu perhelatan yang segera akan dilakukan.

Itu selain mengundang Ki Lurah dan Ki Naib yang segera datang. Ketiganya; lurah, naib dan prabu penyamar saling bersalam dan bercakap mengenalkan diri satu atas yang lain.

Hidangan segera dikeluarkan dan kepada para tamunya diminta menikmatinya. Dari orang yang rendah hanya karena Allah semata. Ni Sudarni berkata kepada Ki Demang, Naib dan Modin, bahwa ialah anaknya yang sejak kecil pergi mengaji di Surabaya dan sesudah besar baru kembali.

Karena ayahnya kini belum datang, para pejabat diundang untuk menyaksikan. Sang Prabu penyamar mengiyakan, bahwa dirinya adalah anak Ni Sudarni dunia wal akhirat.

Ketika para tamunya sedang menikmati hidangan dan saling bercakap-cakap, Ni Sudarni meminta pembantunya melepas empat tamu yang dikunci dalam empat kamar beberapa waktu lalu.

Keempat tamu menteri utusan telah dilepas dan mereka terkejut ketika saling bertemu. Itu karena tidak menyangka keempatnya melakukan tugas yang sama dan bernasib serupa. Salah seorang menteri utusan berkata, betapa cerdik Ni Sudarni memerangkap mereka semua. Mengalahkan orang asing tanpa senjata dan tanpa perang.

Keempat menteri utusan lalu menemui Ni Sudarni lalu dipertemukan dengan tamunya yang baru datang. Lebih terkejut lagi ketika mereka melihat Sang Prabu yang datang, lalu diminta melayani rajanya sendiri.

Keempatnya merasa betapa sial nasib mereka terperangkap di dalam kamar. Bagaikan dipenjara tanpa sebab. Dan merasa malu diperdaya oleh wanita.

Keempat menteri segera menyiapkan tempat. Raja penyamar berlaku seperti tidak tahu apa-apa. Mereka pun makan bersama. Segala suguhan hingga buah-buahan dan pisang mas, duku dan jeruk bali serta delima sawo manila.

Sesudah bubaran sang raja memanggil keempat menterinya. Ia menyatakan tidak marah, karena mereka seperti bajingan yang kalah main judi.

Keempatnya bercerita jika terperangkap di dalam kamar sendiri-sendiri tanpa saling tahu satu sama lain. Masih untung mereka tidak dilaporkan kepada polisi. Jika itu dilakukan bisa dipenjara. (jss/bersambung)