Harga Batu Bara Loyo Bikin Laba Bukit Asam Turun ke Rp 1,14 T

SAWITPLUS – Laba bersih PT Bukit Asam Tbk periode kuartal I 2019 tercatat sebesar Rp 1,14 triliun atau turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,45 triliun. Sementara EBITDA tercatat Rp 1,73 triliun.

“Laba memang lebih rendah dari tahun 2018, ini merupakan refleksi dari penurunan harga jual karena menurunnya harga indeks batu bara di pasar,” kata Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin dalam konferensi pers di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Rabu (24/4/2019).

Pendapatan usaha perseroan tercatat Rp 5,43 triliun yang berasal dari penjualan batu bara domestik 46%, penjualan batu bara ekspor sebesar 50% dan aktivitas lainnya 45% yang terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan jasa kesehatan rumah sakit dan jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.

Pendapatan usaha ini dipengaruhi oleh harga jual rata-rata batu bara turun 13% menjadi Rp 772.004 per ton dari Rp 887.883 per ton pada kuartal I 2018. Penurunan ini disebabkan oleh pelemahan harga batubara Newcastle sebesar 7% maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 sebesar 24% dibandingkan rata rata kuartal I 2018.

Sementara itu untuk aset perseroan kuartal I tercatat Rp 24,83 triliun dengan komposisi terbesar pada aset tetap 27% dan kas setara sebesar 25%. Kas setara yang dimiliki Bukit Asam saat ini sebesar Rp 6,26 triliun relatif sama dibanding 31 Desember 2018 Rp 6,3 triliun.

Kemudian untuk total liabilitas perseroan per 31 Maret 2019 sebesar Rp 7,72 triliun yang 58% diantaranya merupakan liabilitas jangka pendek. Total liabilitas tersebut turun dibandingkan liabilitas per 31 Desember 2018. Hal ini disebabkan oleh penurunan utang jangka pendek perusahaan.

“Kondisi ini menyebabkan cash ratio atau cash and equivalent terhadap liabilitas jangka pendek perseroan meningkat jadi 286%. Likuiditas perseroan kuat dan mampu memenuhi liabilitas jangka pendek tepat waktu,” ujarnya.

Produksi batu bara pada kuartal I 2019 mencapai 5,7 juta ton naik 8% dibanding pada periode yang sama tahun lalu 5,28 juta ton.

Untuk angkutan batu bara mencapai 5,84 juta ton meningkat 7,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu 5,43 juta ton dan mendorong peningkatan penjualan jadi 6,65 juta ton atau naik 5,6% dari periode tahun lalu 6,3 juta ton.

“Kami mengoptimalkan peluang pasar ekspor ke beberapa negara seperti India, Korea Selatan, Sri Lanka dan Hong Kong di tengah pembatasan impor yang dilakukan China selaku pasar ekspor terbesar. Serta didukung oleh keberhasilan dari strategi optimasi penjualan ekspor batu bara medium to high calorie ke premium market,” imbuh dia.(detik/***)

Share