Industri kelapa sawit menaruh harapan besar agar Pemerintah Indonesia lebih banyak berperan dalam pengembangan dan kemajuan komoditas kelapa sawit. Sebab di samping potensi dan produktivitasnya yang jauh melebihi minyak nabati lainnya, perkebunan kelapa sawit terbukti memberi peran dan sumbangsih besar bagi masyarakat dan perekonomian Indonesia. Itu dikatakan Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Berdasarkan data dan perhitungan GAPKI, jika produktivitas kelapa sawit bisa mencapai 8 ton minyak sawit per hektar per tahun, kebutuhan tambahan lahan hanya 6 juta hektar di seluruh dunia.
Ini menjadi jauh lebih menguntungkan bila dibandingkan menanam vegetable oil yang memerlukan lahan hingga 12 juta hektar. Dia juga sepakat, bahwa dalam rangka peningkatan produktivitas itu, perhatian harus difokuskan pada perkebunan rakyat.
Industri kelapa sawit, menurut Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), terdapat tiga harapan yang dapat dilakukan pemerintah. Pertama, agar pemerintah mempertahankan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar. Misalnya dengan menemukan (ekspansi) pasar baru.
Kedua, menyangkut daya saing, perlu meningkatkan dan memperbaiki iklim investasi melalui kebijakan dan peraturan. Ketiga, pemerintah perlu semakin memperkuat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO), sehingga membuka jalan agar sawit makin diterima secara global.
Dalam laporannya, Mona Surya selaku Ketua Panitia IPOC 2017 menyampaikan, bahwa konferensi kali ini diharapkan menemukan ulasan atas isu-isu penting dalam industri kelapa sawit. Konferensi dihadiri oleh peserta yang berasal dari 26 negara ini juga merupakan kesempatan untuk mengembangkan jejaring.