Pada hari-hari tertentu, yaitu Jum’at Kliwon, dan 1 Sura suasana ramai tampak di sekitar lokasi ini. Lebih ramai lagi pada puncak acara, yaitu 1 Sura saat ritual persembahan bagi arwah Haji Islah. Tokoh ini diyakini sebagai raja makhluk halus di tempat ini.
Pada acara puncak, ratusan orang berdatangan dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan juga dari berbagai kota di Pulau Jawa. Ratusan pemburu berkah ini rela antre menunggu giliran. Malah ada yang sudah sepekan tinggal.
Mengapa orang-orang memilih Juma’at Kliwon dan 1 Sura? “Tidak hanya Jum’at Kliwon. Hari Jum’at Legi dan Selasa Kliwon juga ramai. Karena pada hari itu merupakan hari keramat. Menurut bapak, Haji Islah biasanya datang menemui tamunya pada hari-hari itu. Jadi mereka percaya, dengan meminta di Jum’at Kliwon dan 1 Sura cepat terkabul,” kata Warjini, juru kunci kedua.
Menurut Raden Panewu Surakso Tarwono (Mbah Nono), kepala juru kunci asal Keraton Yogyakarta yang kini sudah almarhum, memang penghuni Sendang Pepeh bernama Haji Islah. Dialah pemimpinnya.
Diceritakan pula oleh Warjini, bahwa sekitar tahun 1800 ditemukan Sendang ukuran 3 x 8. Terletak di bawah tebing dan tidak ada satu pun tumbuhan di sekitar sendang itu.
Tanahnya gersang berbatu cadas. Rumput-rumput liar kering kerontang. Itu karena setiap hari terkena matahari. Sendang itu kemudian diberi nama Sendang Pepeh. Artinya sendang yang dijemur.
Penemu pertama sendang ini adalah Rejo Utomo yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Rejo. Itu adalah bapak Warjini yang sekarang menjadi juru kunci. (jss/bersambung)