Eropa telah sepakat, kelapa sawit secara bertahap akan hilang dari Uni Eropa. Kendati negara-negara Eropa yang mendukung kebijakan itu menurun, tetapi itu tidak mampu membendung sikap yang merugikan negara produsen minyak kelapa sawit.
Menteri Perindustrian dan Komoditas Perkebunan Datuk Seri Mah Siew Keong mengutuk keputusan Parlemen Uni Eropa (UE) hari Rabu kemarin. Keputusan itu melarang penggunaan minyak sawit dalam program biofuel blok ekonomi pada tahun 2021.
Menurutnya, tindakan diskriminatif Parlemen Uni Eropa terhadap kelapa sawit itu sangat tidak manusiawi. Saking maraahnya, Mah menyebut,bahwa hari itu sebagai ‘hari hitam’. Hari kelam dalam praktik perdagangan bebas.
“Ini bukan soal isu keberlanjutan, tapi lebih pada diskriminasi terhadap minyak sawit. Bagaimana mereka bisa menyalahkan kelapa sawit untuk segala hal? Ini bukan tentang deforestasi, tapi lebih pada kebijakan proteksionisme terhadap petani biji minyak Eropa,” katanya.
“Keadilam harus diberikan pada minyak nabati lainnya yang digunakan dalam campuran biofuel di Eropa, seperti biji anggur. Tapi kenapa Parlemen UE selalu anti terhadap kelapa sawit, “tambahnya, saat membuka seminar Palm Oil Economic Review and Outlook 2018 yang diselenggarakan Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Memang ada perkembangan menarik dalam kesepakatan Eropa ini. Jumlah pemilih yang dilaporkan menyetujui larangan itu tinggal 429 anggota parlemen. Ini mengalami penurunan ketimbang tahun 2017 yang terdapat 640 anggota parlemen.
Untuk itu Malaysia akan terus mengintensifkan upaya untuk menjelaskan pentingnya industri minyak kelapa sawit kepada para menteri Eropa dan Komisaris Eropa. Itu sebelum blok ini membuat keputusan akhir mengenai larangan penggunaan minyak sawit dalam program biofuelnya.
Kata Mah. sebelum larangan itu disahkan sebagai sebuah undang-undang, harus melalui dua proses terlebih dulu. Yaitu persetujuan dari dewan-dewan menteri EU serta Komisi Eropa.
“Untuk itu kami akan menjelaskan kepada mereka melalui kedutaan kami di 16 negara Eropa serta terlibat dengan anggota UE di Malaysia untuk memastikan, bahwa semua fakta dan informasi yang benar tentang kelapa sawit akan kami jelaskan. Kami juga akan bicara tentang keberatan kami terhadap larangan itu,” tambah Mah.
Selama ini,sekitar 600.000 ton dari dua juta ton minyak kelapa sawit dan produk kelapa sawit yang diekspor ke UE digunakan untuk biodiesel. Dan Uni Eropa mengimpor 215.000 ton biodiesel langsung dari Malaysia.
“Permintaan total biodiesel berbasis minyak sawit di Uni Eropa mencapai 2,8 juta ton per tahun, dimana kami memasok 800.000 ton dan dua juta ton sisanya berasal dari Indonesia,” kata Mah. ass/jss