BOGOR-Pemerintah akan menata wajah Kebun Raya Bogor menjadi kawasan wisata ilmiah dengan mengikuti dinamika yang berkembang di generasi milenial.
Selain menata lankaps kebun Raya menjadi wisata konservasi dengan spot-spot yang instragrammable, kawasan ini dikembangkan menjadi basis wisata iilmiah. Tujuannya, agar masyarakat dan generasi muda memahami sejarah dan keberhasilan hasil penelitian anak bangsa terhadap beragam tumbuhan tropis yang bisa dikembangkan di Indonesia sejak ratusan tahun lalu, salah satu diantaranya adalah kelapa sawit.
Pernyataan itu dikemukakan Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Prof. Dr. Enny Sudarmonowati usai mendampingi Presiden Jokowi melakukan penandatanganan Tugu Prasasti Kebun Raya Bogor dan Prasasti plasma Nutfah Kelapa Sawit Indonesia, LIPI di Tugu 2 Abad Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI Kebun Raya Bogor, Minggu (11/3).
Menurut Enny, sejak pertama kali ditanam di Indonesia tahun 1848, atau 200 tahun lalu, tidak pernah ada yang menyangka bahwa perkembangan sawit begitu dasyat.
“Hasil penelitian sawit yang bermula dari empat pohon asal Afrika di Kebun Raya Bogor itu, kini mampu mengubah wajah perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.”
Ke depan, pihaknya berencana menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan berbagai tanaman melalui penelitian dan teknologi.
Emi juga memastikan, sepanjang mengikuti pengelolaan yang berkelanjutan serta menaati standar seperti ISPO, budidaya sawit tidak masalah.
Kepala Kebun Raya Bogor Didik Widiatmoko, mengatakan plasma nuftah sawit sebagai nenek moyang sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor merupakan tanaman adaptif.
Sawit bisa dibudidayakan dimana saja termasuk pada lahan semak belukar, gambut serta kawasan terdegradasi.”Di habitat asalnya, sawit merupakan tanaman yang tumbuh di lahan basah.”