Perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) menguntungkan negara penghasil minyak kelapa sawit, yaitu Indonesia dan Malaysia. Akibat perang dagang itu, China memberlakukan tarif 25% untuk impor kedelai dari Negeri Paman Sam.
Pengenaan tarif ini akan meningkatkan impor China terhadap minyak sawit. Para analis percaya, bahwa impor China terhadap kedelai AS akan mengalami penurunan. Sedang untuk menutupi kebutuhan China terhadap minyak nabati akan dialihkan pada Crude Palm Oil (CPO).
Seperti diketahui, minyak kedelai adalah saingan kuat terhadap CPO yang berasal dari kelapa sawit. Minyak kelapa sawit mentah (CPO) adalah pengganti minyak kedelai. Untuk itu, pengenaan tarif baru terhadap minyak kedelai akan memicu naiknya impor China terhadap minyak sawit.
Indonesia dan Malaysia adalah produsen terbesar minyak sawit dunia. Dua negara ini menguasai pasokan minya sawit dunia hingga mencapai sekitar 84% dari pasokan minyak sawit global.
Dan menurut penelitian Rakuten Trade Sdn Bhd VP, Vincent Lau, kondisi yang menguntungkan Indonesia dan Malaysia itu ditaksir akan berjalan lama. Sebab biasanya, perang perdagangan AS-China pada umumnya akan buruk bagi ekonomi dunia, kendati beberapa negara dapat memperoleh manfaat darinya, utamanya dalam konteks ini adalah negara-negara produsen minyak sawit mentah. jss