Burung Surga (56) : Ki Patih Melakukan Penghianatan

Humaniora0 Views

Seluruh kekuatan Baghdad itu ternyata tidak mampu menandingi kekuatan Turki. Baghdad terpukul mundur. Sejak saat itu Baghdad menjadi jajahan Turki. Juga seluruh negeri yang semula berada di bawah kekuasaan Baghdad, seperti Mesir.

Prabu Halaka segera melihat negeri jajahan barunya, yaitu Baghdad. Sebelum masuk Kota Baghdad, Prabu Halaka memerintahkan prajurit menyampaikan pengumuman penaklukan.

Saat itulah tiba-tiba datang Ki Patih Baghdad menemui Prabu Halaka. Dia menyatakan surat pengumuman sang prabu sudah diterima. Menurut Ki Patih tidak tepat jika saat ini Prabu Halaka masuk Kota Baghdad. Itu karena seluruh kekuatan masih terpusat di dalam kota.

Jika Prabu Halaka memaksa masuk, mereka akan melawan dan akan jatuh banyak korban. Karena itu Ki Patih menyarankan agar Parbu Halaka pulang dulu ke Turki. Dia akan bilang Prabu Muktasim, bahwa Prabu Halaka sudah pulang dan meminta agar raja-raja dari negeri sekitar Baghdad kembali ke tempatnya masing-masing.

Sesudah itu Ki Patih akan memberi tahu Prabu Halaka untuk segera masuk ke Baghdad. Dan pasti Raja Muktasim akan tunduk karena kalah perang.

Mendengar usulan itu Prabu Halaka lalu memerintahkan bala tentaranya untuk pulang lebih dulu ke Turki.

Ki Patih lalu menyampaikan kepada Prabu Muktasim, bahwa Prabu Halaka sudah mundur. Dia tidak berani melawan. Ia menyarankan agar konsentrasi prajurit dan raja dari negeri sekitarnya dibubarkan. Alasannya, itu hanya akan menyengsarakan rakyat yang tidak lagi bisa bekerja mencari makan.

Raja Muktasim segera memerintahkan pembubaran prajurit. Nanti akan dipanggil lagi jika musuh akan menyerang. Sesudah prajurit dari manca negara bubar, Ki Patih segera menulis surat kepada Prabu Halaka. Tak lama kemudian Prabu Halaka mengerahkan seluruh prajuritnya untuk mengepung Kota Baghdad.

Melihat perubahan mendadak itu Raja Muktasim terkejut, Ia merasa terkecoh. Ia meminta Ki Patih mengumpulkan kembali prajurit dari manca negara jajahan Baghdad.

Ki Patih menyatakan kesulitan. Raja Muktasim merasa kekuasaannya segera berakhir. Mungkin dirinya tak lama lagi juga akan tewas. Sementara Ki Patih justru merasa gembira. Di dalam hati ia segera bisa memaksa Dewi Johariyah untuk melayani dirinya. (jss/bersambung)