Dalam hati Raja Muktasim menyesal. Ia merasa salah terhadap Sang Guru Syekh yang sebenarnya bersih. Suci lahir-batin dan doanya mustajab.
Raja Muktasim kemudian memerintahkan untuk memanggil Sang Guru Syekh Syihabudin. Dia mengeluarkannya dari penjara.
Dalam keadaan tetap diborgol Sang Guru Syekh tiba dihadapan sang raja. Lalu Raja Muktasim meminta bantuan Sang Guru Syekh agar memohonkan kepada Yang Widi jika berhasil Sang Guru Syekh akan ia bebaskan.
Sang Guru Syekh menyanggupi memenuhi permintaan Raja Muktasim. Itu karena dirinya hanya sekadar menjalani. Sang Guru lalu masuk ke dalam barisan prajurit dengan tetap masih diborgol. Tiba-tiba ia melihat Nabi Khidir lalu mengucap salam.
Nabi Khidir mempertanyakan mengapa Sang Guru Syekh. Dan siapa yang membantu Raja Muktasim. Khidir pun tiba-tiba lenyap. Dia menghilang diiringi munculnya suara ya-ayyuhal ka-firun iqtulu-yang artinya hendaklah orang-orang kafir dan fasik dibunuh saja.
Sang Guru Syekh lalu kembali. Di jalan ia sampai ke sungai yang airnya begitu jernih. Ia lalu meminta kepada pengawal untuk diizinkan mandi lebih dahulu. Segeralah Sang Guru Syekh mandi junub membersihkan dirinya dari hadas besar. Begitu bersih dari hadas, Sang Guru Syekh segera sampai kepada raja Muktasim. Sementara musuh terus mengepung mendekati Kota Baghdad.
Raja Muktasim segera memanggil Ki Patih untuk dimintai pendapat bagaimana keluar dari keadaan sulit itu. Ki Patih menyarankan Raja Muktasim menyatakan takluk saja.
Sementara Ki Patih mengirim berita pada Prabu Halaka, bahwa Raja Muktasim sudah menyatakan takluk. Prabu Halaka segera masuk Baghdad menangkap Raja Muktasim dan dijatuhi hukuman mati.
Suatu saat Kiai Nasir berkata kepada Prabu Halaka supaya mengumpulkan semua ulama Baghdad dan merampas semua kitabnya yang palsu. Usul itu dipenuhi. Para ulama sudah berkumpul semua. Kiai Nasir lalu bicara, bahwa para ulama semua ternyata masih setia kepada Raja Muktasim.
Prabu Halaka menjadi marah. Semua kitab ulama Bagdad pun dibuang ke sungai. Sedang Dewi Johariyah ternyata bisa diselamatkan oleh Sang Guru Syekh. Dia dibawa lari ke negeri Barat. Di negeri itu Dewi Johariyah diperisteri putra raja yang bernama Pangeran Pekik, dan kini sedang mengandung.
Beberapa kali Kiai Nasir membujuk agar Prabu Halaka menerima mazab rofil, tapi selalu ditolak. Prabu Halaka meminta agar Kiai Nasir jangan memaksanya untuk mengikuti mazab itu. Dalam hati, Prabu Halaka sangat menyayangkan ibadah agamanya Kiai Nasir. (jss/bersambung)