Juragan dan Siti Sudarni sudah lama berumah tangga. Tetapi sang juragan malas bekerja. Dia hanya sibuk menjaga isterinya yang ayu rupa itu.
Kekayaan sang juragan adalah harta warisan dari orang tuanya. Orang yang suka bekerja keras. Harta warisan yang banyak itu setiap hari terus menerus berkurang. Dan makin lama harta itu pun habis sudah.
Si Dewi Sudarni berkata pelan kepada sang juragan (suaminya). Jika ia malas bekerja, maka nanti akan menjadi miskin. Sang suami Subarjo menyatakan ia rela melarat karena tidak tega meninggalkan isterinya yang ayunya bagaikan dewi itu.
Sang suami khawatir kalau ditinggal pergi, isterinya akan menjadi rebutan orang. Ni Sudarni menjawab, bahwa dirinya bisa bekerja mencari nafkah. Dan ia tidak pernah peduli bagaimana tingkah laku suaminya di luar rumah.
Sesungguhnya Sang Dewi khawatir nasib mereka seperti kisah seorang suami menguntit isterinya. Dan ketika bangkrut melarat, justru isterinya yang disalahkan.
Juragan Subarjo meminta isterinya menceritakan kisah suami buto-arepan dan akhir dari nasib keluarga itu. Ni Sudarni lalu mengisahkan sang buto-arepan yang mempunyai ilmu sihir bisa berganti-ganti rupa. Semua kehendak sang buto-arepan selalu terpenuhi.
Sekali waktu berganti rupa menjadi seekor anjing yang galak, di saat lain menjadi gajah dengan tujuan bisa membawa dan menjaga isterinya. Kemana pun pergi isterinya selalu dibawa serta.
Suatu hari si buto-arepan yang pencemburu sedang berubah rupa menjadi gajah. Isterinya dibawa ke dalam kantong pelana di atas punggung gajah. Kebetulan saat itu si gajah gelisah karena isterinya tiba-tiba tidak terlihat pada pelana di atas punggungnya.
Sampailah gajah di tanah terbuka yang di tengahnya tumbuh pohon beringin. Daunnya lebat membuat tanah di sekitarnya menjadi terlindung dari sinar matahari. Di bawah pohon itu seorang lelaki muda bagus rupa sedang duduk beristirahat melepas lelah.
Melihat tiba-tiba ada gajah besar, si satria itu terkejut dan amat takut. Ia lari mamanjat pohon untuk bersembunyi di balik daun beringin yang rimbun. Gajah pun istirahat di bawah pohon beringin lalu tengkurap. Ketika sang isteri yang berada di kantong pelana mendongak ke atas, ia terkejut melihat di atas ada seorang satria muda bagus rupa sedang bersembunyi di balik gerumbul dedaunan. (jss/bersambung)