Pekanbaru-Penurunan produksi minyak kelapa sawit terimbangi dengan tingkat harga yang menaik. Kendati ada ancaman dari Uni Eropa, prospek minyak sawit diprediksi masih akan membaik di tahun 2018 ini.
Pendapat yang konsisten itu dilontarkan Kenanga. Institusi ini tetap bertahan dengan hasil penelitiannya, bahwa prospek minyak sawit di tahun 2018 ini tetap cerah.
Perusahaan riset Malaysia ini memang mengejutkan di tahun 2017 lalu. Tahun itu dia menyebut, bahwa Malaysian Palm Oil Board (MPOB) harga CPO rata-rata pada tahun itu mencapai RM 2,738 per metrik ton. Ada banyak yang tidak percaya, tetapi itu terjadi. Itu merupakan 3-4 persen di atas perkiraan peneliti umum.
Kini kembali Kenanga memprediksi minyak kelapa sawit masih punya prospek cerah. MPOB memperkirakan pemulihan produksi minyak kelapa sawit pada tahun 2018 sebesar 3 persen menjadi 20 juta metrik ton. Apalagi ditunjang cuaca yang sangat baik. .
Kenanga Research menambahkan, bahwa itu wajar mengingat kemunduruan produksi yang tinggi terlihat pada tahun 2016-2017 yang mengganggu tren produksi jangka panjang yang positif.
Kenanga Research percaya, bahwa persepsi negatif minyak kelapa sawit di Eropa akan mengakibatkan pelarangan biodisel sawit. Dan ini dapat mempengaruhi permintaan tingginya proporsi ekspor minyak sawit ke Uni Eropa untuk digunakan biofuel.
“Dan setelah berlakunya undang-undang itu, kami mengharapkan permintaan jangka pedek dari Uni Eropa. Tapi kami juga berpikir, dengan minyak rapeseed local, Eropa cenderung mengganti biodisel kelapa sawit sebagai bahan baku utama. Harga CPO akan diperdagangkan sideways dengan kisaran harga CPO 1Q18 sebesar RM 2,370-2,575 per metrik ton,” ujar Kenanga.
Bisa disimpulkan, bahwa USD/MYR yang lemah dapat menimbulkan risiko terhadap harga CPO yang berbasis Ringgit Malaysia (RM). Namun Kenanga Research juga mempertahankan ekspektasinya terhadap pelemahan harga jangka menengah hingga menengah dalam memilih perkebunan terpadu seperti PBB dan IOI corp. emilly/mpoc.com