Drussila mengerang. Ia di ambang sadar. Ada rasa nyeri. Ada beban berat di atas tubuhnya. Tapi di balik itu, tak bisa dipungkiri, juga ada rasa nikmat yang merambati seluruh tubuh gadis ini. Itu yang membuat Drussila merintih dan mengaduh.
Saat matanya terbuka dan kesadarannya mulai pulih, ia pun menyaksikan tubuh Caligula menindihnya. Ia tak sekadar menindih, tapi sedang berlayar menuju puncak. Masih akan menuju ke sana.
Drussila mengumpat. Ia menggoyang-goyangkan tubuhnya, agar Sang Kakak menyudahi memperkosanya. Tapi karena dicengkeram tangan dan ditindih di atasnya, maka dua tubuh itu seperti lengket. Pukulan gadis itu tak membuat Caligula undur. Ia sudah setengah perjalanan menuju nirwana. Ia harus meneruskan langkah, mendaki puncak nikmat. Menyetubuhi adiknya.
Saat itulah tangan Caligula yang mencengkeram ketat pantat gadis ini kian mengencang. Tubuhnya mengejang. Dengus nafasnya memburu. Ia memainkan irama cha cha. Mengalun.
Tapi adakah gerakan itu tak menggugah birahi Drussila? Adakah gadis ini tetap marah-marah dan memukul-mukul tubuh Caligula? Ternyata, ketika Caligula meneruskan memainkan irama romantis itu, Drussila juga terpesona. Pukulan tangannya melemah, dan mulutnya menganga.
Dari mulut itu keluar erangan. Batinnya seperti diaduk-aduk. Ia diamuk badai nafsu. Tangannya lemah terkulai. Malah, tangan yang tadinya memukuli punggung Caligula itu kini merangkul tubuh kakaknya.
Dengus Caligula meninggi. Ia seperti sedang berjuang untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan berat. Setelah itu, dengan pekikan panjang, laki-laki ini tubuhnya mulai mengejang. Kaku, sebelum akhirnya melemah.
Saat itu Drussila merasa tak bisa mengendalikan gerak yang ada di dalam jiwanya itu. Tubuhnya bergetar. Ia mengejang. Ada lenguh panjang. Ia rasakan ada yang terlepas dari dalam dirinya. Itu yang membuat tubuhnya ringan.
Kedua-duanya akhirnya terdiam. Caligula tak hendak menurunkan tubuhnya. Ia membiarkan badan itu tergolek lemah di atas tubuh Drussila. Ia merangkul. Dengan mesra menciumi pipi dan leher Drussila. Ia berusaha bersikap biasa-biasa saja.
Gadis ini dihadapkan pada perasaan yang rumit. Ia merasa, apa yang barusan dilakukan adalah salah. Tapi tak bisa dipungkiri, ia pun sangat menikmati hubungan itu. Mereka telah melakukan hubungan seks sedarah (incest). (jss/bersambung).