Kelapa sawit merupakan tanaman minyak yang efektif dan efisien. Sebagai perbandingan, untuk lahan yang sama, setiap tahun, sawit dapat menghasilkan 4,0 ton minyak per ha. Sedang rapeseed hanya 0,75 ton / ha minyak, 0,63 ton / ha untuk bunga matahari, dan 0,39 ton / ha untuk kedelai.
Untuk itu, jika moratorium ekspansi kelapa sawit dilakukan, maka dampak kehilangan hutan bisa sangat menghancurkan. Sebuah studi menunjukkan, bahkan moratorium jangka pendek untuk ekspansi kelapa sawit dari 2013-2023, jika dipaksakan akan berdampak destruktif terhadap semakin banyaknya hutan hilang.
Sebab menurut penelitian itu, untuk memenuhi minyak nabati ke depan, di tahun 2023, bakal terjadi ekspansi lahan yang gila-gilaan jika sawit dimoratorium.
Di tahun itu, jika sawit tidak dimoratorium, maka komposisinya adalah perlu lahan kelapa sawit 8,8 ha, 29,2 ha lahan kedelai yang merupakan pemaksaan sekitar 17,7 ha, dan 3,3 ha bunga matahari.
Namun, jika moratorium kelapa sawit diberlakukan dan area kelapa sawit tetap statis, maka meningkatnya permintaan minyak harus dipenuhi oleh pertumbuhan lebih banyak kedelai, lobak dan bunga matahari. (Lihat Tabel 4)
Jika hanya kedelai untuk kekurangan areal kelapa sawit baru, diperlukan lahan baru seluas 97 ha. Begitu pula jika rapeseed mengisi celah, dibutuhkan lahan baru seluas 58 ha. Bunga matahari butuh 49 ha.
Dengan demikian, moratorium ekspansi kelapa sawit akan menyebabkan kawasan hutan tambahan hilang, mulai dari 40 sampai 68 ha, bukan 8,8 ha jika tidak ada moratorium.
Tabel 4. Dampak hilangnya hutan akibat moratorium ekspansi kelapa sawit dari tahun 2013-2023
Tanaman |
Kenaikan areal tanaman baru pada tahun 2023 tanpa moratorium kelapa sawit (ha) |
Kenaikan areal tanaman baru pada tahun 2023 dengan moratorium kelapa sawit (ha) |
Perluasan lahan baru ekstra karena moratorium |
Kelapa sawit |
8.8 |
0 |
0 |
Kedelai |
29.2 |
97 |
67,8 |
Bunga matahari |
3.3 |
49 |
45.7 |
Rapeseed |
17.7 |
58 |
40.3 |
Sumber: James Fry
Seiring bertambahnya populasi dunia, kebutuhan untuk memproduksi lebih banyak makanan juga meningkat secara bersamaan. Peningkatan produksi pangan ini dapat terpenuhi, sebagian, melalui pemanfaatan lahan yang ada secara intensif. Bagian lain harus dipenuhi dengan membersihkan lahan baru, beberapa di antaranya berhutan, untuk pertanian.
Studi telah menunjukkan, bahwa budidaya kelapa sawit bukanlah penyebab utama deforestasi. Bahkan ketika kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman minyak sayur mayur lainnya, yaitu lobak, kedelai dan bunga matahari. Lahan untuk kelapa sawit merupakan yang paling sedikit di seluruh dunia.
Ini juga diperkuat oleh penelitian lain, seperti studi Union of Concerned Scientists yang menunjukkan, bahwa antara tahun 2001-2010, jumlah kerugian hutan terbesar disebabkan oleh produksi daging sapi.
Kelapa sawit menyebabkan jumlah kehilangan hutan terendah dibandingkan kedelai, produksi kayu, dan tentu saja, produksi daging sapi.
Membatasi perluasan kelapa sawit bukanlah cara untuk mengekang hilangnya hutan. Studi itu menunjukkan, bahwa itu bisa menjadi kontraproduktif karena justru menyebabkan hilangnya hutan lebih banyak.